Berita Pendidikan dan Status Sosial tak Jamin Orang Terlibat Radikalisme By swarna Posted on December 5, 2017 2 min read 0 0 558 Share on Facebook Share on Twitter Share on Google+ Share on Reddit Share on Pinterest Share on Linkedin Share on Tumblr JAKARTA – Direktur Wahid Fondation, Yenny Wahid menilai bahwa pendidikan tinggi, status sosial yang baik dan kondisi ekonomi yang baik tidak menjadi jaminan bahwa seseorang terhindar dari gerakan radikalisme. “Ternyata faktor yang tidak berkolerasi berdasarkan temuan kami Wahid Foundation menemukan bahwa pendidikan tinggi, pendapatan ekonomi yang baik, maupun wilayah tempat tinggal seseorang tidak bisa jadi jaminan mereka terlepas dari gerakan radikal,” kata Yenny Wahid di acara “Simposium Nasional Peran Ibu Untuk Perdamaian” di Shangri-La Hotel Jakarta Pusat, Senin (4/12/2017). Ia pun mencontohkan posisi salah satu militan ISIS yang sering merekrut para “mujahid” asal Indonesia, dimana sosok Bahrun Naim ternyata memiliki background pendidikan tinggi dan merupakan keturunan orang yang terbilang mampu dalam ekonomi. “Contoh Bahrun Naim, orang Indonesia yang kini berada di ISIS. Dia itu S2 dan keturunan org mampu, tapi dia aktif merekrut anak-anak untuk masuk ISIS,” terangnya. Selain itu, juga mengatakan salah satu indikator yang sangat memperkuat seseorang terlibat dalam gerakan radikalisme adalah rendahnya tingkat literasi anak Indonesia. “Anak-anak kurang literasi, ketika anak-anak hanya memahami jihad itu adalah berperang maka dia akan cenderung bertindak radikal, ketika dia terpampang pemahaman radikal secara terus-menerus maka dia akan rentan masuk dalam gerakan radikal,” tegasnya. Untuk itu, Yenny Wahid pun mengingatkan kepada orang tua khususnya ibu untuk aktif melakukan pedekatan dan pendidikan terhadap anak-anaknya masing-masing, termasuk dalam berbagai lini kegiatan anak-anak mereka baik di organisasi kampus maupun luar kampus. Hal ini dilakukan agar generasi bangsa Indonesia dapat terhindar dari gerakan radikalisme dan intoleran yang bisa menjadi ancaman besar bagi bangsa dan negara ke depannya. “Ke depan kita harus didik anak-anak kita dengan baik, kita didik dengan toleransi, agar bisa lebih dekat dengan kita,” paparnya. (*)